KIYAI ASRORI,
Guru Spiritual Para Sufi
Sekali waktu.
Kami datang bertamu.
Duduk di kursi bersama beliau.
Mengejutkan hati baru sekali bertemu.
Kiyai Asrori memanggil-manggil namaku.
Aku tersipu malu sebab yang lain duduk bersimpuh.
Di bawah lantai dan terus menunggu.
Fatwa guru dan nasihat-nasihat yang perlu.
Berbincang lama.
Tentang berbagai masalah.
Kritik-kritik tajam tentang aparat Negara.
Amar ma’ruf nahi mungkar musti ada.
Penyebaran agama terus diungkap mudah.
Perlunya perguruan tinggi di al Fithrah.
Mendidik para santri menjadi orang tua.
Kata dan perbuatan menjadi rujukan bersama.
Masyarakat dan khalayak berbagai tingkatannya.
Menjadi seorang yang bermanfaat dan berguna.
Berkiprah untuk nusa, bangsa dan Negara.
Inilah mula dirikan STIU Al Fithrah di Surabaya.
Kiyai Asrori.
Sangat mumpuni.
Ilmu dan perbuatan serasi.
Satunya kata dan prilaku sendiri.
Tidak mencerminkan kontradiksi.
Mengenangnya.
Sosok kiyai yang mulia.
Tidak perlu jabatan apa-apa.
Justru presiden datang ke rumah.
Memang dia tidak perlu meminta-minta.
Tidak juga gelar yang justru merendahkannya.
Meski menulis kitab-kitab dengan bahasa Arab fusha.
Tetap saja gelar kiyai sudah lebih dari lainnya.
Semoga.
Kiyai Asrori di sisiNya.
Terus mengalir segala pahala.
Semua amal yang baik dan jariyah.
Murid dan pengikut al Khidmah mendoakannya.
Terus tanpa berhenti dan tanpa jedah.
Bungurasih, 23 Mei 2017
‘Abd Al Haris Al Muhasibi*
Beliau adalah Profesor Bidang Filsafat Pendidikan Islam di UIN Surabaya. Beliau juga merupakan salah seorang tokoh intelektual-akademis yang diajak urun rembug oleh Hadratusy Syaikh K.H. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam perintisan pendirian Perguruan Tinggi di Al Fithrah.
Hari ini, 23 Mei 2017, tepat pada Haul ke-8 Yai Asrori beliau menuliskan sebuah puisi untuk sang guru. Admin sengaja memostingnya di laman resmi Kampus Al Fithrah sebagai bentuk apresiasi dan nostalgia.