Pada zaman yang terus berkembang pesat ini, Gen-Z dituntut untuk bisa beradaptasi dengan teknologi seperti Artificial Intelligence (AI). Lembaga Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran (LPKP) Institut Al Fithrah Surabaya (IAF) menggelar seminar “Pelatihan pengunaan AI untuk meningkatkan produk aktivitas pembelajaran di perguruan tinggi” sebagai bentuk agar mahasiswa bisa beradaptasi dengan teknologi di era sociaty 5.0. Acara ini juga bersinergi dengan warek I (wakil rektor I) yaitu H. Abdul Azis, M. H.I.
Acara yang digelar pada 7 Desember 2024 di Auditorium lantai 4, dirancang untuk meningkatkan produktivitas mahasiswa dalam menggunakan AI. Ketua LPKP Moh. Taufiq, M. Pd. I mengatakan “Meskipun ada kemudahan dalam pengunaan AI tetap ada aturan tidak boleh melanggar aturan akademik, jangan sampai malas untuk membaca dan merugikan kita sendiri (plagiat). Minimal 25% saja dalam penggunaan AI tidak boleh lebih, keberan dalam AI juga harus di cross check lagi dengan teliti”.
Moh. Taufiq juga memaparkan AI yang bervariasi seperti Chat GPT, Gemini AI, Perplexity AI, DeepL (mentranslate makalah), Publish or Perish (berupa aplikasi) dll. Dalam kesempatan yang sama, Mahasiswa juga diajak langsung praktek dengan bagaimana cara mengoptimalkan AI terkait. Publis or Perish sendiri adalah AI yang sangat kredibel dan terhubung dengan berbagai jurnal terbaik seperti SINTA 3 dan juga Scopus.
Yang menariknya dalam pelatihan ini dari Publis or Pelish ini, menurut penulis memberikan kemudahan dalam mengakses berbagai jurnal dan kitab-kitab, yang kadang ada saja beberapa situs atau AI lain yang masih sulit untuk diakses bermacam kitab-kitab tapi, dengan kemudahan Publis or Perish ini sangatlah memberikan kelegaan bagi mahasiswa khususnya prodi Ushuluddin, yang biasanya berkutat dengan berbagai kitab-kitab. Agar kita bisa mengoptimalkan AI, kita juga harus bisa memahami dan mengerti fitur-fitur AI yang akan kita pakai seperti menulis pertanyaan dengan spesifik, menggunakan bahasa yang formal dan terstruktur, memeriksa kebenaran jawaban, lalu jangan mengandalkan AI sepenuhnya.
Selain itu kita juga harus bisa melihat akan tantangan ketika menggunakan AI seperti, biasa dan diskriminasi yang dihasilakan oleh AI, biaya dan keterbatasan sumber daya, keamanan dan kerentanan terhadao gangguan teknis dan privasi pengguna. Kemendikti-pun memperbolehkan akademisi menggunakan AI tapi, dengan memperhatikan batasan-batasan yang telah ditentukan dan tetap harus kritis dalam penggunaanya. Sejatinya AI seperti halnya pisau bermata dua, jika kita tidak bisa menggunakan dengan bijak maka kita sendiri yang akan dirugikan.
Oleh: Assajad Muhammad Ali Zainal Abidin