Mahasiswa MPI Institut Al Fithrah dan IMMAPSI Jatim Sukses Gelar Seminar Inspiratif untuk Gen Z

Kolaborasi Mahasiswa MPI Institut Al Fithrah dan IMMAPSI Jatim Sukses Gelar Seminar Inspiratif untuk Gen Z

3 minutes, 12 seconds Read

(05/07/2025) — Tepat pukul 08.30 WIB, Auditorium Lantai 5 Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah, Surabaya, mulai dipenuhi oleh wajah-wajah muda penuh semangat. Mereka adalah mahasiswa dan pemuda Gen-Z yang hadir untuk mengikuti seminar bertajuk “Self Development and Motivation for Future Leadership”, sebuah kegiatan yang mengangkat semangat generasi muda dalam menggali potensi kepemimpinan hari ini.

Seminar ini merupakan hasil kolaborasi antara mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Semester 4 Institut Al Fithrah Surabaya dan Ikatan Mahasiswa Manajemen Pendidikan, Administrasi Pendidikan, dan Manajemen Pendidikan Islam Seluruh Indonesia (IMMAPSI) Jatim, sebagai bagian dari praktik mata kuliah Event Manajemen. Dengan jumlah peserta mencapai 211 orang, acara ini membuktikan bahwa mahasiswa tidak hanya belajar teori di kelas, tetapi juga mampu terjun langsung menyelenggarakan kegiatan edukatif yang berdampak.

Acara diawali dengan pembacaan tawassul oleh Ustadz Ali Mastur, kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Dalam sambutannya, Ustadz Ali Mastur menyampaikan harapannya “Semoga seminar ini bisa menjadi berkah dan bermanfaat bagi seluruh peserta.” Sementara itu, Aan Riyanto selaku ketua pelaksana, menyampaikan harapan senada “Dengan adanya seminar ini, semoga bisa mewadahi para Gen-Z yang masih bingung dengan hidup.”

Sesi I: “Public Speaking for Leadership”

Sesi pertama diisi oleh Faisol, Ketua Umum IMMAPSI Jatim sekaligus mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Dalam pemaparannya, ia menyampaikan bahwa public speaking bukan hanya kebutuhan para pemimpin, tapi keterampilan penting yang wajib dimiliki seluruh generasi muda. “Public speaking adalah alat untuk membangun citra diri, memengaruhi, dan menginspirasi orang lain. Kata-kata adalah senjata,” ujar Faisol.

Ia membagikan berbagai tips praktis untuk membangun kepercayaan diri, seperti: Latihan pernapasan dan afirmasi positif, memahami materi dengan baik, berlatih berbicara di depan cermin. Menurut Faisol, setiap orang memiliki tahapan berbeda dalam public speaking. Maka, prosesnya tidak bisa disamaratakan.

Dalam sesi tanya jawab, seorang peserta mengungkapkan keresahan soal keterbatasan fisik yang menjadi hambatan saat tampil di depan umum. Faisol pun menjawab dengan tegas:

“Public speaking bukan soal fisik. Yang terpenting adalah bagaimana kata-kata kita bisa menyentuh dan menginspirasi. Mulailah dari hal kecil—angkat tangan, bertanya, atau berbicara di forum.”

Ia menambahkan bahwa kesan pertama seseorang biasanya dinilai dari dua hal utama: cara berbicara dan penampilan. Jika satu kurang mendukung, maka yang lain perlu ditingkatkan. Bila keduanya bisa ditampilkan, itu akan jadi kekuatan ganda.

Sesi II: “Self Development & Mental Health” – Dr. Didik Madani, S.Sos., M.Med.Kom.

Sesi kedua disampaikan oleh Dr. Didik Madani, akademisi sekaligus praktisi komunikasi, yang menyoroti isu kesehatan mental dan pengembangan diri di kalangan Gen-Z. Ia menjelaskan bahwa salah satu tantangan terbesar generasi saat ini adalah burnout dan lemahnya kesadaran akan potensi diri, yang banyak dipengaruhi oleh gaya hidup digital.

“Over-scroll, over time video pendek, over konsumsi konten sampah—semuanya bisa memicu burnout, kelelahan mental, dan hilangnya motivasi.”

Menurutnya, fenomena ini bisa diatasi dengan langkah sederhana namun penting, yakni melakukan “diet gadget” dan mengatur ulang pola konsumsi informasi.

Ia juga memperkenalkan rumusan pengembangan diri yang efektif dan mudah diingat:

Potensi → Coach Love → Aksi → Visi → Proposal

Artinya, seseorang harus mengenali potensinya, menemukan mentor atau coach, menjaga semangat dengan cinta (passion), mulai bertindak nyata, membentuk visi hidup, lalu menyusunnya menjadi rencana terukur.

Saat ditanya bagaimana cara tetap semangat mengejar sukses di tengah tekanan dan kelelahan mental, Dr. Didik menjawab “Carilah coach. Guru itu ada dua: guru dalam bisnis dan guru spiritual. Dan jangan hanya lihat hasil kesuksesan seseorang, tapi pahami proses yang mereka jalani.”

Seminar ditutup dengan antusiasme tinggi dari peserta. Diskusi berlangsung aktif dan hangat. Banyak peserta mengaku mendapat pandangan baru tentang public speaking, motivasi hidup, hingga bagaimana menyikapi persoalan kesehatan mental yang sering kali mereka alami namun tak disadari. Lebih dari sekadar seminar, kegiatan ini menjadi ajang pembuktian bahwa mahasiswa MPI mampu menyelenggarakan event yang bermakna, dengan konsep yang matang dan pelaksanaan yang profesional. Kolaborasi dengan IMMAPSI menambah nilai strategis dan jangkauan peserta yang lebih luas. Di tengah tantangan zaman, acara ini menjadi oase yang menyegarkan: menginspirasi, menggerakkan, dan menegaskan bahwa Gen-Z bukan hanya penerus, tapi pemimpin masa depan yang sedang bertumbuh.

author

Kampus Al Fithrah

Institut Al Fithrah Surabaya. Mendalamkan Spiritualitas Meluaskan Intelektualitas.